MAKALAH
PROMOSI KESEHATAN
‘’ SASARAN PROMOSI KESEHATAN PADA BAYI, BALITA
DAN REMAJA’’
Dosen
pengampu : Fauziah Hanum, NA, S.ST
Yang
membuat :
KELAS IV A
Kelompok 14
1. Titi
Agustianti
2. Tri
Susilawati
3. Yayuk Isrianah
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2012/2013
Promosi
kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku di bidang kesehatan
disertai dengan upaya mempengaruhui lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
Promosi
kesehatan meliputi pendidikan atau penyuluhan kesehatan, ini merupakan bagian
penting dari promkes. Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat
primotif (peningkatan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) dalam
rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
A. PADA BAYI
1. PENGERTIAN BAYI
Bayi merupakan manusia yang baru
lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini
manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.
2. PROMOSI KESEHATAN PADA BAYI
Beberapa promosi kesehatan yang
dilakukan dalam menangani bayi baru lahir yaitu sebagai berikut :
a.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan
penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi, karena bayi sangat rentan
terhadap infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi adalah sebagai berikut
:
1)
Mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.
2)
Memastikan
bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi,
dalam keadaan bersih.
3)
Menganjurkan
ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari
(putting tidak boleh disabun).
4)
Membersihkan muka, pantat, tali pusat dengan air
bersih, hangat dan sabun setiap hari.
5)
Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi
dan memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah mencuci tangannya.
b.
Dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
1) Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian
ASI adalah :
a)
Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang
mencukupi dari payudara ibunya.
b)
Membantu ibu
sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
2) Bidan dapat memberikan dukungan dalam
pemberian ASI, dengan :
a)
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini
merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung
dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat
membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal
mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir
b)
Mengajarkan
cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan
payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan
payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu,
pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan
payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak
diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting
susunya.
c)
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.
3) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
a)
Memberikan kolustrum dan ASI saja.
ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
b)
Menghindari susu botol dan “dot
empeng”.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting
dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan,
mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.
4) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang
sama (rawat gabung).
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis.
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis.
a)
Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
b)
Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
c)
Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
d)
Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
e)
Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
f)
Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.
c.
Makanan tambahan
Saat bayi yang memasuki trisemester ke-2 (bulan ke-4
sampai ke-6), ASI saja tidak cukup sehingga memerlukan makanan tambahan.
Makanan tersebut diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan anak pada
kecepatan yang sama seperti pada saat trisemester pertama (3 bulan pertama).
Dengan umur yang terus bertambah, kebutuhan gizi juga semakin meningkat. Jika
tidak diimbangi bisa menyebabkan kurang gizi dan berat badan bayi tidak
seimbang dengan umurnya.
Pada usia 4-6 bulan ini, bayi bisa mulai diberikan
makanan lumat atau setengah cair dengan bahan dasar ASI atau susu formula dan
bahan makanan pokok. Misalnya bubur saring atau buah pisang yang teksturnya
lembut. Pisang mudah diserap oleh tubuh, bahkan oleh bayi sehingga dapat
digolongkan sebagai jenis buah yang dapat diperkenalkan secara dini bagi bayi.
Selain itu, kandungan gizi dalam buah pisang sangat banyak, yakni mineral,
vitamin, karbohidrat, serat, protein, dan lemak.
Pada usia 7 bulan, anak sudah bisa dikenalkan dengan
buah-buahan yang lebih bervariasi. Sari buah yang dapat diperkenalkan
diantaranya sari buah melon, semangka, pir, apel, avokad, dan pepaya. Tomat dan
jeruk sebaiknya tidak diberikan terlalu dini, karena kedua buah tersebut
disinyalir dapat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan seperti iritasi
lambung dan diare.
Protein, vitamin dan mineral untuk anak usia inijuga
dapat diperoleh dari sayur-sayuran seperti bayam, wortel dan sari kacang hijau
atau kacang kedelai. Sementara itu, kalori dapat diperoleh dari sereal, tepung
beras, dan umbi-umbian. Namun, untuk bayi usia ini tidak dianjurkan diberi
sayuran yang masih segar. Hal itu karena enzim-enzim pencernakan bayi belum
berkembang sempurna, sehingga banyak zat-zat yang merugikan dalam sayuran segar
yang dapat menghambat penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, untuk sayuran
harus direbus dulu dan dilumatkan.
d.
Mempromosikan vaksinasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekbalan pada bayi
dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tetentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukkan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan ataupun peroral
Tujuan Imunisasi adalah agar tumbuh kembang terhadap
penyakit tertentu, kekbalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:
1)
Terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan
imunisasi
2)
Potensi anti gen yang disuntikan.
3)
Waktu antara pemberian imunisasi
e.
Perawatan tali pusat
Langkah-langkah perawatan pusar bayi adalah :
Langkah-langkah perawatan pusar bayi adalah :
1) Ganti
pembalut pusar bayi dengan kain kasa baru. Tidak perlu panik melihat tetesan
darah yang kemudian menghitam, terutama di minggu pertamanya. Pada saat ini,
pusar bayi yang baru lahir biasanya masih tampak seperti luka.
2) Kenakan
popok dengan cara melipat bagian atasnya menjauhi pusar untuk menghindari
rembesan urin mengenai pusar.
Beberapa hal yang perlu diingat saat merawat pusar bayi, antara lain :
1)
1aga kebersihan area pusar dan sekitarnya, serta
upayakan selalu dalam keadaan kering.
2)
Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
3)
Agar tali pusar lebih cepat lepas, gunakan kain kasa
pada bagian pusar yang terus dibalut sehingga mendapat udara cukup.
4)
Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu
dingin.
5)
Agar praktis, kenakan popok dan atasan dari bahan kaos
yang longgar.
6)
Lakukan acara bersih-bersih ini 1-2 kali sehari.
7)
Jika kulit di area sekitar pusar si kecil memerah dan
panas seperti terbakar, segera kunjungi dokter. Bisa jadi ada infeksi yang
disebabkan jamur atau al lain. Kalau penyebabnya memang benar-benar infeksi,
biasanya akan diberi sedikit betadine.
B.
PADA BALITA
1. Pengertian
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita
merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia
24-60 bulan. Anak usia pra sekolah
adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah
memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Promosi Kesehatan
a.
ASI
Untuk pertumbuhan balita dan apras dengan baik zat-zat
gizi yang sangat dibutuhkan yaitu:
1) Protein,
dibutuhkan 3-4 gram/kilogram BB
2) Calsium (Cl)
3) Vitamin D,
tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis, maka hal ini tidak begitu
menjadi masalah
4) Vitamin A
dan K yang harus dierikan sejak postnatal
5) Fe (Zat
besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang.
Peralihan
ASI kepada makanan tambahan (PMT) harus dilakukan sesuai dengan kondisi anatomi
dan fisiologi pencernaan. Setelah masa pemberian ASI eksklusif berakhir, maka
mulai umur 4 bulan bayi diberi makanan tambahan, itupun makanan yang sangat
halus. Kemudian umur 9 bulan sudah dapat diberikan makanan tambahan yang lunak,
sampai dengan umur 28 bulan. ASI tetap diteruskan, dan mulai berumur 18 bulan
dapat diberikan makanan tambahan agak keras (semi solid), sampai dengan umur 2
tahun. Akhirnya pada umur 2 tahun ASI dihentikan (anak disapih), dan sudah
dapat diberi makanan seperti makanan orang dewasa. Mengenai jumlah makanan
tambahan pun juga makin lama makin ditingkatkan, sesuai dengan kebutuhan kalori
yang diperlukan bayi/anak untuk berkembang.
b. Gizi/Nutrisi
Anak balita dan apras juga merupakan
kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan
kelompok umur yang paling menderita akibat gizi, dan jumlahnya dalam populasi
besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan
gizi dan rawan kesehatan antara lain sebagai berikut :
1) Anak balita
atau prasekolah baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi kemakanan
orang dewasa.
2) Biasanya
anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh, sehingga
ibu sudah berkurang.
3) Anak balita sudah
mulai main ditanah, dan sudah dapat main diluar rumahnya sendiri, sehingga
lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk
terinfeksi dengan bebagai macam penyakit.
4) Anak balita
belum dapat mengurus dirinya sendiri termasuk dalam memilih makanan. Dipihak
lainibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi makanan anak balita, karena
dianggap sudah dapat makan sendiri.
Membuat anak menyenangi berbagai macam makanan memang terasa sulit. Tentu
hal ini akan mengganggu perolehan nutrisi pada anak yang menyebabkan kurang
optimalnya tumbuh kembang si buah hati. Bila anda mengalami hal semacam ini,
anda dapat mencoba beberapa kiat ini.
a)
Jangan ada
distraksi
Biasakan anak untuk
menikmati waktu makannya tanpa ada gangguan sehingga anak lebih berkonsentrasi
pada piring di depannya. Karena itu matikan televisi atau singkirkan mainannya
saat memberi makan pada anak.
b)
Jangan terlalu
lama
Waktu maksimum dalam
pemberian makan pada anak sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Menurut
dr.Aryono Hendarto, Sp.A (K), secara oral motorik, mulut akan capek jika terus
mengunyah lebih dari 30 menit. Biasanya anak akan diam dan membiarkan makanan
lumat dengan sendirinya atau diemut. Karena itu jika dalam 30 menit makanan
tidak habis, sudahi saja. Satu atau dua jam kemudian tawarkan lagi pada anak
apakah sudah lapar lagi.
c)
Suasana yang
nyaman
Selezat apa pun masakan
yang dibuat, seorang anak bisa kehilangan selera makan jika orangtua memaksa
anak untuk makan. Temani balita makan dengan cara makan bersama. Lakukan kontak
mata dan berikan suasana makan yang menyenangkan, tidak memaksa dan tidak
terburu-buru.
d) Aktivitas menyenangkan
Balita biasanya mudah
bosan. Karena itu Anda bisa menggali ide-ide kreatif untuk membuat suasana
makan jadi menyenangkan. Misalnya mencelup makanan sebelum dimasukkan ke mulut
atau menggunakan sedotan untuk hidangan jus buah atau smoothies. Bunyi sruput
sedotan akan menimbulkan sensasi yang membuat balita bersemangat.
e) Berikan dalam porsi kecil
Lambung balita memang
masih kecil, karena itu tak perlu memaksanya untuk menghabiskan satu porsi
penuh.
f) Berikan pilihan
Biarkan balita memilih
makanan yang ingin dikonsumsinya. Misalnya sebelum memasak, ibu bisa menanyakan
si kecil makanan apa yang ingin dimakannya untuk sarapan.
g) Dihias
Makanan yang dihias
menarik atau alat makan figur kartun tentu bisa menggugah selera makan balita
Anda. Untuk lebih menarik minatnya, Anda juga bisa mengajak si kecil menyiapkan
makanan bersama-sama di dapur.
Bagaimana cara untuk mengatasi
balita yang sangat aktif di usianya yang baru menginjak 2 tahun, mereka yang
umumnya sedang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Balita sedang berada pada
tahap perkembangan sensori motorik yang sangat pesat. Umumnya balita 2 tahun
memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungannya. Itu sebabnya, ia
tampak sangat aktif mengeksplorasi apa saja yang ada di sekitarnya.
Ada baiknya balita tidak dilarang
atau dibatasi ruang geraknya, sehingga dia dapat memuaskan rasa ingin tahunya.
Balita akan terbantu apabila Anda memberikan aktivitas fisik yang terarah,
sehingga melatihnya mengotrol diri.Namun perlu dicermati, sejalan dengan
perkembangan usianya, apakah aktivitas anak sesuai atau tidak dengan situasi
yang ada. Misalnya, jika berada di dalam kamar dan hendak tidur balita masih
berlarian, ajak dia “membaca” buku cerita dengan memperagakan beberapa gerakan
yang berkaitan dengan isi cerita. Selain itu, perhatikan ketika dia bermain
dengan beberapa anak seusianya, apakah perilakunya kurang lebih sama atau
sangat berbeda dengan kebanyakan anak lain. Jika berbeda, Anda dapat
menyampaikan pada ahli, seperti psikolog atau dokternya.
d.
Interaksi
Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada pada
suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan interaktif. Pada akhir masa
balita, bermain bersama berarti melakukan kegiatan bersama-sama dengan
melibatkan aturan permainan dan pembagian peran.
Anak mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan orang lain dilingkungannya. Mekanisme
perkembangan ego yang drastis untuk membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang tinggi terhadap barang pribadi maupun
orang signifikannya sehingga pada usia ini
balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain. Proses pembedaan diri
dengan orang lain atau individuasi juga menyebabkan anak pada usia tiga atau
empat tahun memasuki periode negativistik sebagai salah satu
bentuk latihan untuk mandiri.
e.
Sosialisasi
Anak
prasekolah senang berteman dan bersosialisasi. Hanya saja, tak semua anak
nyaman dan mudah memulainya. Ada yang butuh dukungan dan stimulasi terlebih
dahulu. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi
dukungan.
1)
Bimbing di awal
Sebagai awal, tak ada salahnya Anda melibatkan diri
saat anak bermain bersama temannya. Untuk batita sungguh membingungkan bermain
bersama teman pertama kali. Anak usia 1 – 3 tahun belum mampu bermain bersama
secara sosial. Mereka biasanya main sendiri-sendiri secara paralel. Nah,
kehadiran Anda di masa-masa awal tentu berguna untuk menjembatani situasi asing
yang dihadapi anak. Saat anak sedang bermain dengan teman, kehadiran Anda
membantu mengarahkan lalu lintas komunikasi dan merangsang mereka beraktivitas
bersama. Tapi ini hanya diperlukan di masa-masa awal. Selebihnya, anak tentu
lebih terampil bersosialisasi dan permainan mengalir dengan sendirinya.
2)
‘Pemanasan’ dulu
Sebelum anak nyaman berinteraksi dengan orang-orang di
lingkungan baru, misalnya prasekolah, ia butuh kesempatan mengenal
lingkungannya terlebih dahulu. Setelah familiar dengan lingkungan barunya, dan
merasa aman, biasanya anak-anak usia 3 – 5 tahun dengan nyaman memulai
interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Apabila anak didaftarkan di
kelompok bermain dan TK, ada baiknya seminggu sebelumnya diajak ke sekolah
baru. Tujuannya, agar ia tidak lagi merasa asing terutama di hari dan
minggu pertama bersekolah.
3)
Kenalan dulu
Apabila anak akan masuk kelompok bermain atau TK di
tahun ajaran baru, tak ada salahnya Anda mencari tahu siapa saja calon
teman-teman sekelasnya. Mungkin saja di antara orang tua mereka yang telah Anda
kenal. Ajaklah anak berkenalan dengan teman barunya sebelum praselokah
dimulai. ‘Curi start’ semacam ini sangat membantu anak sehingga ia tak kagok
ketika masuk kelompok bermain atau TK untuk pertama kali.
4)
Support dan reward
Tentu saja keberhasilan anak menghalau hambatan
berinteraksi dengan teman perlu diberi imbalan berupa penghargaan dan pujian.
Apabila anak ‘gagal’ di kesempatan pertama, tak perlu sedih. Berikan ia
dukungan dan dorongan untuk mencoba lagi di kesempatan lain. Tentu saja peran
Anda saat memberi contoh dalam bersosialisasi juga penting, karena Anda adalah
panutannya.
C.
PADA REMAJA
1.
DEFINISI REMAJA
Remaja didefinisikan sebagai:
a.
Masa peralihan dari anak-2 menuju dewasa
b.
Umumnya pada
remaja awal (12-15 tahun), Remaja Pertengahan (15-ahun)dan remaja akhir (18-21 tahun)
c.
Merupakan periode kematangan seksual yang
merubah anak secara biologi menjadi dewasa yang memiliki kemampuan bereproduksi
d.
Merupakan perkembangan psikologi dan
sosio-ekonomi.
e.
Dengan kata lain merupakan periode
transisi, tumbuh, kembang dan “kesempatan”
Perkembangan seksual pada remaja (Fundamental of Nursing , Potter &
Perry. 2005) :
a.
Perubahanfisik
1)
Ditandai dengan perkembangan payudara,
bisa dimulai paling muda umur 8-10 th.
2)
Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi
genitalia, antara lain: uterus membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya
rambut pubis dan aksila; dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat
rangsangan.
3)
Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi
pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada
awalnya tidak teratur dan avulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi
pertama.
b.
Perubahanpsikologis/emosi
1)
Periode ini ditandai oleh mulainya
tanggungjawab dan asimilasi pengharapan masyarakat
2)
Remaja dihadapkan pada pengambilam sebuah
keputusan seksual, dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat
tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang
ditularkan melalui aktivitas seksual.
3)
Yang perlu diperhatikan terkadang
pengetahuan yang didapatkan tidak diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini
menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin maupun kehmilan tidak akan
terjadi padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa
kehati-hatian.
4)
Masa ini juga merupakan usia dalam
mengidentifikasi orientasi seksual, banyak dari mereka yang mengalami
setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman
itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini
tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara
ketat setelah pengalaman demikian.
5)
Remaja yang kemudian mengenali preferensi
mereka sebagai homoseksual yang jelas akan merasa dan kebingungan sehingga
membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber (Bimbingan Konselor, penasihet
spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan mental).
c.
Perkembangan Psikologi dan Kognitif Selama
Remaja
Pertama-tama piaget menggambarkan transisi dari
konkrit ke pemikiran oparasional formal sebagai peristiwa pada tahun awal dan
pertengahan remaja. Walaupun ada variasi besar,sebagian perkembangan bakat anak
muda untuk berfikir abstrak antara usia 12 – 16 tahun. Sebelum bakat ini tumbuh
,anak muda mempunyai kesulitan untuk mengaplikasikan prinsip umum untuk
membedakan situasi dan menilai kenyataan dan rencana untuk masa depan. Ini
kontras,pemikiran operasional formal termasuk kapasitas untuk berfikir
abstrak,misalnya ide dan pemikiran. Tugas perkembangan ini adalah masa transisi
dari pemikiran yang konkrit. Akhirnya ,tugas-tugas psikososial remaja menjadi
harus betul-betul dipertimbangkan.
Masalah kesehatan pada remaja :
1)
Masalah jerawat 85% dialami remaja dan
diketahui merupakan masalah kesehatan yang serius yang menyertai remaja.
2)
Rokok
3)
Penggunaan obat dan kekerasan (penggunaan
obat-obat medis, perangsang, obat tidur, dan penenang)
4)
Penggunaan psikotropika
5)
Nutrisi (kekurangan nutrisi atau
kegemukan)
6)
Gangguan makan (anoreksia nervosa,bulimia
nervosa,fitnes dan latihan fisik)
7)
Stress (gejala fisik yang dapat mempengaruhi
pada keadaan kronik atau stress yang extrem. Gejala psikologik misalnya
cemas,sedih,gangguan makan,depresi,insomnia,)
8)
Pelaksanaan aktivitas seksual.
Remaja melaporkan beberapa alasan untuk melakukan
aktivitas seksual yang mana berasal dari dorongan kelompoknya,untuk mencintai
dan dicintai,coba-coba serta bersenang-senang (Murray & Zentner,1997).
Bagaimanapun juga beberapa remaja tidak dapat mengambil keputusan atau nilai
,keahlian yang dibutuhkan untuk mengklarifikasi untuk sesuatu hal yang penting
di usia muda dan juga menambah pengetahuan dasar tentang kontrasepsi dan PMS.
Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit pada anak dan remaja perempuan
1)
Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan
kehidupannya
2)
Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan
seksualitas dan topik tentang seks yang berhubungan issue saat ini
3)
Menyediakan pendidikan seksualitas dengan
mempercayai dan mengakui pasien sebagai individu dan isu serta nilai dalam
keluarga.
4)
Khusus menyediakan,kepercayaan,budaya
sensitif dan konseling yang tidak ternilai tentang isu penting seksualitas
(konseling umum,pencegahan kehamilan tidak diinginkan,strategi pencegahan
penyakit menular HIV/AIDS)
5)
Menyediakan konseling yang tepat atau
pencerahan-pencerahan pada anak dan remaja dengan isu khusus dan jadi perhatian
(Gay, lesbian, biseksual anak muda)
6)
Pelayanan ginekolgi rutin disediakan untuk
remaja putri yang menjalani perilaku seksual. Skrining untuk kanker serviks dan
PMS akan diberikan pada perempuan yang menjalani seksual aktif.
7)
Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya
pendidikan seksual disekolah,institusi keagamaan,dan komunitas lainnya.
8)
Bekerja sama dengan perencana masyrakat
(LSM) untuk meningkatkan strategi yang menyeluruh untuk menurunkan kejadian
perilaku seksual yang tidak aman dan hasil yang merugikan.
Level pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan:
1)
Primary prevention: immunisasi lanjutan
(Vaksin HPV) atau pendidikan kesehatan/konseling tentang nutrisi, rokok, sexual
education, alcohol, managemen stress.
2)
Secondary prevention: Screening test ;
pemeriksaan payudara sendiri sejak anak mulai mendapatkan mestruasi, pap smear
bagi remaja yang telah melakukan hubungan seksual aktif, tes kolesterol,
pemeriksaan Hb
3)
Tertiary prevention: pendidikan pada
pasien untuk menurunkan kondisi sakit dan megoptimalkan kemampuan yang
dimiliki, misalnya mengoptimalkan kemampuan anak yang menderita kanker.
Pendidikan kesehatan bagi anak dan remaja perempuan :
1)
Pada usia sekolah dini, anak harus
diberikan informasi untuk berhati-hati terhadap potensi adanya penganiayaan
seksual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual
terhadap anak antara lain:
2)
Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan
antara sentuhan yang baik dengan sentuhan
yang buruk dari orang dewasa.
yang buruk dari orang dewasa.
3)
Beritahu anak mengenai bagian tubuh
tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau
pemeriksaan fisik oleh dokter.
4)
Ajarkan kepada anak untuk mengatakan
’tidak’ jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan
kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
5)
Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu
’benar’, dan semua orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia
dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
6)
Jika terjadi pelecehan seksual pada anak,
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
·
Ciptakan kondisi sehingga anak merasa
leluasa dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya dan menggambarkan kejadian
dengan akurat.
·
Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang
melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya sendiri adalah benar.
·
Orang tua harus bisa mengkontrol ekspresi
emosional didepan anak (Perry & potter, 2005)
Agar intervensi pada kelompok usia ini
bisa efektif harus diperhatikan beberapa hal antara lain:
1)
Ciptakan lingkungan yang menunjukan kasih
sayang, saling percaya, serta kesediaan untuk mendengar
2)
Klarifikasi dan hormati masalah yang
bersifat rahasia
3)
Perawat kesehatan reproduktif hendaknya
memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai perkembangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekijdo.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, Soekijdo.2003.Ilmu Kesehatan masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta
Heni Puji,dkk.2009.Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Kebidanan.Yogyakarta:
Fitramaya
http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/10/22/promosi-kesehatan-bidan-pada-bayi/dilihat
tanggal 15 April 2011